Kamis, 27 Mei 2010

Pendidikan seni rupa di taman kanak kanak

Pendidikan seni rupa di taman kanak kanak

Perkembangan anak usia prasekolah atau tman kanak kanak memerlukan perhatian yang lebih cermat abik oleh guru ataupun oleh orang tua. Pentingnya pemahaman terhadap perkembangan anak untuk menentukan langkah2 pembinaan yang baik dan tepat untuk menghindari pemaksaan terhadap keberadaan anak sesuai dengan usia perkebangannya. Dsengan melihat fase perkembangan anak maka guru tk dituntut untuk mengerti dan memahami secara benar implementasi pendidikan seni rupa khususnya menggambar bebas.

Menurut Victor Lowenfeld di dalam bukunya Creative and Mental Growth (1947) ciri umum lukisan anak-anak sesuai waktu (usia) dan tahap perkembangan sosial intelektual mereka dalam seni rupa dibagi menjadi beberapa, yaitu :
• Masa coreng moreng (Scribbling Period), berlaku bagi anak berusia 2 sampai 4 tahun
• Masa prabagan (Pre Schematic Period), berlaku bagi anak berusia 4 sampai 7 tahun
• Masa bagan (Schematic Period), berlaku bagi anak berusia 7 sampai 9 tahun
• Masa awal realisme (Early Realism), berlaku bagi anak berusia 9 sampai 12 tahun
• Masa naturlistik semu (Pseudo Naturalistic), berlaku bagi anak berusia 12 sampai 14 tahun.

Pendidikan seni berbasis anak diberikan pada anak usia PAUD sampai dengan SD kelas 3 dengan prinsip :
• berikan kebebasan berekspresi pada anak
• Empat pilar pendidikan: learning to know, learning to do, learning to be dan learning to life to getter

Mengingat kisaran usia anak / peserta didik tersebut dan usia anak TK termasuk di dalamnya, maka pendidikan seni yang diberikan pada taman kanak-kanak hendaknya mengacau pada pendekatan ekspresi bebas, berikan kebebasan berekspresi pada anak.
Tugas guru adalah memberikan pengalaman kepada anak yang dapat merangsang munculnya ekspresi pribadi sang anak. Cara yang ditempuh guru antara lain dengan memberikan beragam pengalaman atau membantu anak untuk mengingat pengalaman pribadinya yang tersembunyi.

Tema yang disenangi anak-anak TK dalam berkarya seni rupa biasanya bersumber dari realitas dunia anak, misalnya anggota keluarga, lingkungan bermain, alat permainan, hewan peliharaan atau kesayangan, dongeng yang diceritakan guru, sirkus, kebun binatang, kolam renang, taman bermain dan sebagainya.
Suatu pengkajian terhadap gambar anak menunjukkan hasil bahwa gambar anak dapat diklasifikasi dalam 4 kategori yakni:
Gambar spontan: yakni gambar yang dibuat atas inisiatif anak sendiri sebagai suatu kegiatan bermain.
Gambar bebas atau sukarela: yakni gambar yang dibuat atas permintaan guru atau orang tua atau teman namun tema dan objek gambar dipilih sendiri oleh anak.
Gambar terarah: yakni gambar yang tema/topiknya sudah diarahkan.
Menyalin gambar atau melengkapi gambar: yakni gambar yang telah disiapkan contohnya dalam format Lembar Kerja Siswa.
Dalam proses penciptaan karya seni rupa di Taman Kanak-kanak ada 4 kategori sebagai berikut.
Mengamati (seeing), yang memberi kesempatan/peluang untuk mengembangkan kepekaan persepsi (perceptual awareness) melalui kegiatan mengembangkan kemampuan pengamatan kritis.
Merasakan (feeling), yang memberi peluang untuk mengembangkan “respons estetis� (Aesthetic awareness) melalui kegiatan apresiasi dan pengembangan kepekaan penilaian estetis.
Berpikir (thinking), yang memberi peluang untuk mengembangkan “kemampuan mengevaluasi dan mengapresiasi�, melalui evaluasi objektif dan diskriminasi/perbedaan personal.
Melakukan (doing), yang memberikan peluang untuk mengembangkan keterampilan (skills) “memanipulasi alat dan media� dalam menghadirkan “visual - form� (bentuk-bentuk visual) yang merupakan ungkapan emosi, gagasan dan perasaan.

Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak 1994 telah disempurnakan dan diperbaiki. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi (Departemen Pendidikan Nasional, 2005:20) adalah perbaikan dari kurikulum tersebut, yang di dalamnya mengandung lima pokok pengembangan program kegiatan, yaitu: : pembiasaan, bahasa, kognitif, fisik / motorik, dan seni.

Memberikan evaluasi atau menilai karya seni rupa (menggambar bebas) pada anak tidak hanya berdasarkan hasil karya anak saja, melainkan penilaian kegiatan berkarya seni tersebut dapat dilakukan dalam dua penilaian, yaitu penilaian pada proses kerja dan penilain hasil akhir. Penilaian proses kerja meliputi kesungguhan atau usaha yang dilakukan, kelancaran membuat rancangan, kelancaran menggunakan alat dan bahan, dan kesesuaian langkah-langkah pembuatan karya. Penilaian hasil akhir meliputi kreativitas, originalitas (kemurnian), komposisi, dan penguasaan teknik berkarya

Tidak ada komentar: